Sabtu, 26 Juni 2010

KETIKA BENIH MULAI TUMBUH


Setetes cinta yang tertawan
Dan benih kasih yang tersipu
Berbalut asa dan doa
Hingga tibalah tiupan ruh
Jadilah,... Maka jadilah kamu!



Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di depan nanti. Bahkan ketika kedipan mata serta hembusan nafas yang keluar dari tubuh fana hilang dihisap oleh alam sekitar. Kita tak pernah tahu apakah masih ada kesempatan untuk sekali lagi mengedipkan mata. Bahkan kita tak bisa menjamin pada diri sendiri untuk sekedar bisa menarik nafas yang sama pada detik berikutnya, kecuali hanya dengan izin Sang Empunya hidup hingga Allah Subhaanahu wa ta'ala memberikan iradahNya. Dan sesungguhnya, takdir jualah yang telah menuntunmu hingga di titik ini. Maka begitulah yang telah terjadi di saat itu. Masamasa di mana benih cinta kedua orang tuamu dipersatukan dalam sebuah ikatan yang sakral. Hingga Allah Subhaanahu wata'ala pula yang telah menciptakan dan menumbuhkembangkan benih suci dari buah kasih itu
bersama hujan cinta-Nya. Menjaga serta merawatmu dari
detik ke detik dalam pelukan rahim kasih sayang. Lalu waktu
pun terus berlalu sampai tiba sebuah hari saat semua orang di
sekeliling berharap-harap cemas saat menantikan
kehadiranmu. Dan kepadamu, ingin ku sampaikan sebuah
firman Allah Subhaanahu wa ta'ala tentang kehadiran seorang
anak sepertimu bagiku:

"Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah
sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala
yang besar." (Al-Anfal: 28)

Itulah faktanya! Bahwa kehadiranmu yang sangat
membahagiakan itu hakekatnya adalah benar-benar hanya
sebagai ujian dan cobaan semata. Dengan ilmuNya, telah Dia
percayakan engkau dalam asuhan kami. Maka, kau pun harus
paham bahwa untuk mengemban amanah berat itu
memerlukan suatu proses serta cara yang tepat. Agar ketika
tiba waktunya nanti untuk mempertanggungjawabkanmu
dihadapanNya, aku akan bisa tersenyum sekaligus
membanggakan dirimu.
Selanjutnya, tak ada lagi keinginan lain dalam diriku
kecuali cita-cita untuk membawamu kepada jalan cahaya yang
telah disediakanNya. Hari depanmu yang -bahkan kami sendiri
belum tahu- itu harus mampu kau lalui dengan baik. Dan
khusus untukmu, wahai putriku terkasih, jadikan segala hal
yang telah berlalu itu sebagai kekuatan untuk menyongsong
hari esok milikmu yang jelas belum bisa kami bayangkan.