Rabu, 28 September 2011

Janganlah engkau berputus asa..

hafidz...
Jangan bersedih....! Karena rasa sakit dapat sirna, cobaan akan pergi,
dosa akan terampuni, hutang akan terbayar, narapidana akan dibebaskan,
orang yang hilang akan kembali, orang yang melakukan kemaksiatan akan
bertaubat, dan orang yang fakir akan menjadi kaya.

Jangan bersedih....! Tidakkah Anda memperhatikan bagaimana awan
hitam itu tersingkap terang, malam yang demikian pekat menjadi terang
benderang, angin yang sedemikian kencang itu mendadak tenang, dan angin
puyuh itu tiba-tiba terhenti? Semua itu menandakan bahwa beban hidup
Anda yang seberat apapun dapat hilang dan berubah menjadi kebahagiaan.
Bahkan, kesengsaraan hidup Anda pun pasti akan berakhir pada kehidupan
yang aman, tenteram dan menjanjikan masa depan yang gemilang.

Jangan bersedih...! Karena teriknya sinar matahari akan diteduhkan oleh
bayangan, rasa haus yang mencekik di siang bolong akan disegarkan oleh
air yang dingin, dan rasa lapar yang melilit akan dikenyangkan oleh sepotong
roti yang hangat. Bukankah keletihan karena begadang malam akan
berujung pada tidur yang nyenyak, dan perasaan sakit akan tergantikan
oleh kebugaran? Karena itu, bersabar dan tunggulah barang sejenak.

Jangan bersedih,... meskipun para dokter sudah kehabisan cara, kalangan
bijak bestari tak lagi mempan nasehatnya, para ulama tidak lagi dapat berbuat
apa-apa, para penyair hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala, dan semua
usaha tidak lagi ada yang berguna di hadapan takdir, qadha dan keniscayaan
Allah.

Ali ibn Abi Talib mengatakan,
"Semoga jalan keluar terbuka, semoga
kita bisa mengobati jiwa kita dengan doa.
Janganlah engkau berputus asa manakala
kecemasan yang menggenggam jiwa menimpa
Saat paling dekat dengan jalan keluar adalah
ketika telah terbentur pada putus asa."

maka.......
Bangunlah jika Dia membangunkan diri Anda, dan duduklah jika
Dia menyuruh Anda duduk! Bersabarlah ketika Allah menjadikan diri Anda
sebagai orang yang miskin, dan bersyukurlah manakala Dia menjadikan
diri Anda orang yang kaya. Itu semua akan menjadi wujud dari ikrarmiu,
"Aku rela Allah sebagai Rabb-ku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad
sebagai nabiku."

Seorang penyair mengatakan,
Janganlah merasa mampu mengatur dirimu
sebab orang yang pandai mengatur pun dapat binasa.
Terimalah Kami jika Kami memutuskan,
sebab Kami lebih berhak dari dirimu.

Sabtu, 17 September 2011

AYAH PERAIH PIALA... "

Saya selalu terharu jika mendapati seorang anak yang dengan yakin ingin menjadi seperti ayahnya, kelak, jika mereka dewasa. Di tengah serbuan begitu banyak tokoh super hero yg tampak sangat hebat, kehadiran sosok ayah yang menginspirasi jelas sebuah prestasi yang layak diacungi jempol. Apalagi pengakuan itu datang dari pihak yang berinteraksi langsung, kemudian nyata-nyata mendapatkan manfaatnya.
Selain keikhlasan menjalani peran, keteladanan yang kuat juga memberi andil yang tidak sedikit. Bukan abai akan kewajiban atau sibuk menjejalkan berbagai teori kosong, sosok ayah menjadi nyata, menginjak bumi, dekat dengan kehidupan sehari-hari, hingga mengisi hati dan jiwa anak-anak akan berbagai nilai positif dalam hidup. Begitu berpengaruh.

Padahal, tentu tidak mudah membuat anak-anak memiliki cita-cita menjadi seperti ayah mereka. Ibarat bercermin, apa yang dipantulkan oleh kepribadian ayah sangat memuaskan anak-anak itu, sehingga mereka seperti melihat bayangan diri sendiri di masa depan. Mencukupkan diri dari menginginkan orang lain, meski mereka tahu, karena kebanggaan akan ayah mereka yang sangat kuat. Bukankah yang demikian ini sangat mengagumkan?
Meski memang, orang tua adalah pihak pertama, yang dikenali anak-anak dalam proses pendidikan mereka, jauh sebelum mereka mengenal orang-orang lain. Sehingga setiap orang tua berpeluang besar menjadi orang yang paling berpengaruh dalam kehidupan anak-anak, karena merekalah yang menjadikan anak-anak itu sebagai Yahudi, Nasrani, Majusi, atau tetap dalam fitrah keislaman. Tapi faktanya, banyak yang tidak menggunakan kesempatan ini dengan baik. Alih-alih mengerti akan tanggung jawab mereka sebagai orang tua, anak-anak yang terlantar, terutama secara psikologis, sangat bejibun jumlahnya.

Para orang tua, terutama ayah, adalah figur penjaga fitrah Allah pada diri anak-anak itu, sehingga mereka tumbuh dalam semangat kuat menemukan identitas asli mereka, menjadi hamba Allah. Karena anak diciptakan di atas fitrah itu, sehingga para orang tua berkewajiban menjaganya dari penyimpangan. Itulah hak anak dari orang tua, dan itu harus ditunaikan. Dan tanggung jawab ini, kelak, akan dipertanggung jawabkan. Maka para orang tua, terutama ayah, adalah pemeran utama bagi semua proses itu. Memaknai peran sebagai ayah dan ibu, yang bukan sekedar menyediakan kebutuhan lahiriyah belaka, namun juga kebutuhan batiniyah. Kebutuhan asasi sebagai upaya pemenuhan pendidikan menjadi manusia seutuhnya.
Karena anak-anak adalah ladang persemaian, orang tua serupa petani yang merawat tanamannya agar tumbuh dengan baik dan membuahkan hasil yang membanggakan. Di mana kesuburan tanamannya tidak akan terlepas dari upaya pembersihan hama dan gulma, juga tangan-tangan jahil yang ingin mencabut sebelum masa panen tiba. Selain itu, tentu saja pemupukan, pengairan, dan semua bentuk perawatan yang lain.
Sehingga pengabaian kebutuhan pendidikan adalah sebuah pengkhianatan peran. Karena anak-anak harus belajar tantang hidup, nilai, tujuan, hingga standar moral yang jelas, maka para ayah harus berupaya terus menerus tanpa kenal lelah untuk memelihara fitrah mereka. Membiasakan dalam ketaatan, mengajari kebaikan, juga menghindarkan dari berbagai kotoran dosa dan maksiat.
Keshalihan anak adalah keadaan khas yang unik dan membutuhkan proses dan metode yang unik pula. Ia berbeda secara keseluruhannya dengan metode pendidikan anak yang lain, yang tidak berdimensi akhirat. Sehingga merujuk kepada ajaran Rasulullah dalam mendidik mereka sangat diniscayakan. Selain juga kesiapan untuk menjadi teladan bagi mereka dalam meyakini dan mengaplikasikan dalam kehidupan nyata. Dan jika ditambah dengan keikhlasan, kejujuran, dan keadilan, peran ini akan menemukan jalannya yang unik itu.

Maka, anak-anak yang terjaga fitrahnya, akan memiliki konsep diri yang jelas, sejelas arah hidup yang hendak dituju. Buah yang tampak nyata adalah bakti yang menentramkan jiwa, penyejuk hati yang terlihat taat kepada Allah dan bersiap menjalani peran mereka sendiri sebagai hamba Allah. Dan jika mereka menemukan kesamaan identitas ini pada para ayah mereka, bukankah tidak perlu jauh-jauh mencari figur teladan itu?
Merekalah para ayah yang pantas mendapat piala. Dan inilah keberhasilan sesungguhnya di dalam hidup ini. Hal yang jauh lebih bernilai daripada tumpukan materi, yang pencapaiannya acapkali menggeser orientasi hidup, yang sejatinya akan usang bersama waktu, untuk kemudian berpindah ke tempat sampah. Sedang anak shalih akan tetap melantunkan doa-doanya. Mengalirkan pahala, jauh, hingga hanya Allah yang tahu sampai kapan semuanya berlangsung.
Sungguh, saya cemburu kepada para ayah itu! Dan saya sangat ingin menjadi bagian dari mereka.

Ayah adalah figur penjaga fitrah Allah pada diri anak-anak itu, sehingga mereka tumbuh dalam semangat kuat menemukan identitas asli mereka, menjadi hamba Allah Swt
"bisakah kita menjadi sosok ayah yang menjadi idola , teladan.. bagi anak anak kita,

Jumat, 16 September 2011

ayah peraih piala...

Saya selalu terharu jika mendapati seorang anak yang dengan yakin ingin menjadi seperti ayahnya, kelak, jika mereka dewasa. Di tengah serbuan begitu banyak tokoh super hero yg tampak sangat hebat, kehadiran sosok ayah yang menginspirasi jelas sebuah prestasi yang layak diacungi jempol. Apalagi pengakuan itu datang dari pihak yang berinteraksi langsung, kemudian nyata-nyata mendapatkan manfaatnya.

Bukan saja membuat iri, figur ayah teladan sperti ini, bahkan sangat membuat saya ingin menjadi seperti mereka. Para ayah yang menunjukan dominasi sosok mereka, megalahkan berbagai tokoh hebat lainnya, riil maupun fiktif belaka. Buah dari kejujuran pendidikan dan kedekatan emosional antara mereka dengan anak-anak. Sehingga gambaran utuh antara kebanggaan, kekaguman, dan penghargaan terpatri kuat di benak anak-anak itu.
Selain keikhlasan menjalani peran, keteladanan yang kuat juga memberi andil yang tidak sedikit. Bukan abai akan kewajiban atau sibuk menjejalkan berbagai teori kosong, sosok ayah menjadi nyata, menginjak bumi, dekat dengan kehidupan sehari-hari, hingga mengisi hati dan jiwa anak-anak akan berbagai nilai positif dalam hidup. Begitu berpengaruh.

Padahal, tentu tidak mudah membuat anak-anak memiliki cita-cita menjadi seperti ayah mereka. Ibarat bercermin, apa yang dipantulkan oleh kepribadian ayah sangat memuaskan anak-anak itu, sehingga mereka seperti melihat bayangan diri sendiri di masa depan. Mencukupkan diri dari menginginkan orang lain, meski mereka tahu, karena kebanggaan akan ayah mereka yang sangat kuat. Bukankah yang demikian ini sangat mengagumkan?
Meski memang, orang tua adalah pihak pertama, yang dikenali anak-anak dalam proses pendidikan mereka, jauh sebelum mereka mengenal orang-orang lain. Sehingga setiap orang tua berpeluang besar menjadi orang yang paling berpengaruh dalam kehidupan anak-anak, karena merekalah yang menjadikan anak-anak itu sebagai Yahudi, Nasrani, Majusi, atau tetap dalam fitrah keislaman. Tapi faktanya, banyak yang tidak menggunakan kesempatan ini dengan baik. Alih-alih mengerti akan tanggung jawab mereka sebagai orang tua, anak-anak yang terlantar, terutama secara psikologis, sangat bejibun jumlahnya.

Para orang tua, terutama ayah, adalah figur penjaga fitrah Allah pada diri anak-anak itu, sehingga mereka tumbuh dalam semangat kuat menemukan identitas asli mereka, menjadi hamba Allah. Karena anak diciptakan di atas fitrah itu, sehingga para orang tua berkewajiban menjaganya dari penyimpangan. Itulah hak anak dari orang tua, dan itu harus ditunaikan. Dan tanggung jawab ini, kelak, akan dipertanggung jawabkan. Maka para orang tua, terutama ayah, adalah pemeran utama bagi semua proses itu. Memaknai peran sebagai ayah dan ibu, yang bukan sekedar menyediakan kebutuhan lahiriyah belaka, namun juga kebutuhan batiniyah. Kebutuhan asasi sebagai upaya pemenuhan pendidikan menjadi manusia seutuhnya.
Karena anak-anak adalah ladang persemaian, orang tua serupa petani yang merawat tanamannya agar tumbuh dengan baik dan membuahkan hasil yang membanggakan. Di mana kesuburan tanamannya tidak akan terlepas dari upaya pembersihan hama dan gulma, juga tangan-tangan jahil yang ingin mencabut sebelum masa panen tiba. Selain itu, tentu saja pemupukan, pengairan, dan semua bentuk perawatan yang lain.
Sehingga pengabaian kebutuhan pendidikan adalah sebuah pengkhianatan peran. Karena anak-anak harus belajar tantang hidup, nilai, tujuan, hingga standar moral yang jelas, maka para ayah harus berupaya terus menerus tanpa kenal lelah untuk memelihara fitrah mereka. Membiasakan dalam ketaatan, mengajari kebaikan, juga menghindarkan dari berbagai kotoran dosa dan maksiat.

Keshalihan anak adalah keadaan khas yang unik dan membutuhkan proses dan metode yang unik pula. Ia berbeda secara keseluruhannya dengan metode pendidikan anak yang lain, yang tidak berdimensi akhirat. Sehingga merujuk kepada ajaran Rasulullah dalam mendidik mereka sangat diniscayakan. Selain juga kesiapan untuk menjadi teladan bagi mereka dalam meyakini dan mengaplikasikan dalam kehidupan nyata. Dan jika ditambah dengan keikhlasan, kejujuran, dan keadilan, peran ini akan menemukan jalannya yang unik itu.
Maka, anak-anak yang terjaga fitrahnya, akan memiliki konsep diri yang jelas, sejelas arah hidup yang hendak dituju. Buah yang tampak nyata adalah bakti yang menentramkan jiwa, penyejuk hati yang terlihat taat kepada Allah dan bersiap menjalani peran mereka sendiri sebagai hamba Allah. Dan jika mereka menemukan kesamaan identitas ini pada para ayah mereka, bukankah tidak perlu jauh-jauh mencari figur teladan itu?
Merekalah para ayah yang pantas mendapat piala. Dan inilah keberhasilan sesungguhnya di dalam hidup ini. Hal yang jauh lebih bernilai daripada tumpukan materi, yang pencapaiannya acapkali menggeser orientasi hidup, yang sejatinya akan usang bersama waktu, untuk kemudian berpindah ke tempat sampah. Sedang anak shalih akan tetap melantunkan doa-doanya. Mengalirkan pahala, jauh, hingga hanya Allah yang tahu sampai kapan semuanya berlangsung.
Sungguh, saya cemburu kepada para ayah itu! Dan saya sangat ingin menjadi bagian dari mereka.


Ayah adalah figur penjaga fitrah Allah pada diri anak-anak itu,
sehingga mereka tumbuh dalam semangat kuat menemukan identitas asli mereka, menjadi hamba Allah....
" bisakah kita menjadi idola & teladan bagi anak anak kita
di tengah kehidupan global saat ini,, kita perlu berbuat lebih buat anak2 kita agar iman n takwa terjaga .,,

Rabu, 07 September 2011

selo - ketep pass

merapi from cepogo
Mendaki tanjakan menikmati elok dan keperkasaan merapi yang masih menyisakan puncak yang terlihat putih keabuan disisi selatan ,yang merupakan puncak pasca letusan merapi beberapa bulan yang lalu, foto ini di ambil di atas daerah cepogo disini bisa melihat dua gunung yang tersohor di jateng., G.Merbabu dan G.Merapi.., perjalanan kali ini melewati rute dari Boja ~ Ungaran ~ Sala3 ~ menuju selo Boyolali…”ngluyur

lereng merapi
merbabu from new selo
Perjalanan jajah desa milang kori menikmati alam pegunungan disisi kiri dengan suguhan lereng merapi.., dan sisi kanan Merbabu ,, dilereng2 curam para petani tembakau sedang mulai panen. Pada waktu merapi meletus di daerah ini semua penduduk mengungsi di kota bawah .., daerah boyolali. Di perjalanan ini kanan kiri jalan di penuhi dengan rajangan tembakau yang di keringkan .. aroma tembakau sedap terasa khas... hehehehe maklum bekas ahli hisab..

new selo.. merupakan gardu pandang di lereng merapi.. disana kita bias lihat keindahan gunung merbabu.., untuk para pecinta alam yg suka jalan mendaki gunung dari sisni anda bias jalan menuju puncak merapi dengan jalan kaki kurang lebih dapat di tempuh 4 sampe 5 jam, di puncak merapi kita bias liat matahari terbit .. sunrise., sinar pagi matahari menatap 2 lereng gunung merapi n merbabu ..,hemmm, pemandangan yg hebat,,. Allahu Akbar….

untuk temen temen yang tertarik dengan perjalanan ke selo ketep magelang ..pastikan motor anda sehat ..,, 'yuppsss.. motor aku ternyata gak kuat menaiki tanjakan posko selo... "jadi anak2 jalan kaki .hehehehe..salam jumpa dengan perjalanan yang akan datang...