Minggu, 28 Agustus 2011

apaKah Anda..??? wortel., telur., atau KOPI


Panaskan 3 buah panci berisi air diatas api
Pada panci yang pertama, masukkan beberapa buah wortel
Pada panci yang kedua, masukkan beberapa buah telur
Pada panci yang ketiga, masukkan beberapa biji kopi yang sudah dihaluskan menjadi bubuk kopi

Panaskan ketiga panci tersebut selama 15 menit, lalu…
Keluarkan isi dari ketiga panci tersebut Wortel yang sebelumnya keras, sekarang berubah jadi empuk
Telur yang sebelumnya lunak (dibagian dalamnya), sekarang menjadi keras
Bubuk kopi tetap seperti semula (biar tinggal ampasnya) Tapi, air panas sudah berubah warnanya dan mempunyai bau kopi yang sangat harum

Sekarang pikirkan tentang Pekerjaan, pekerjaan itu tidak selamanya mudah….pekerjaan itu tidak selamanya nyaman ……bahkan kadang-kadang pekerjaan menjadi sangat susah…..
Keadaan tidak berubah seperti yang kita inginkan, orang-orang tidak memperlakukan kita seperti yang kita harapkan. Kita bekerja sangat keras, tapi tidak mendapatkan hasil yang memuaskan, apa yang terjadi pada saat kita menghadapi kesulitan?

Sekarang pikirkan tentang ketiga panci itu? Air yang mendidih bagaikan masalah di pekerjaan kita.
Kita dapat menjadi seperti wortel, kita maju dengan kuat dan tegas. tapi kita keluar dengan lemah dan lunak . Kita menjadi sangat lelah, kita kehilangan harapan Kita menyerah....
Hilanglah semangat juang di diri kita ...
MAU JADI SEPERTI WORTEL...????

Kita dapat menjadi seperti telur. Kita memulai dengan hati yang tulus dan sensitif Kita berakhir dengan sangat egois dan cuek Kita membenci orang lain Kita membenci diri kita sendiri Tidak ada lagi kehangatan di diri kita
JANGAN PERNAH MENJADI SEPERTI TELOR

Bagaimana kalau kita dapat menjadi Bubuk Kopi. Air tidak mengubah bubuk kopi Bubuk kopi yang mengubah air....
Air menjadi berubah karena adanya bubuk kopi
Lihatlah……… Ciumlah………….. Minumlah……………..
Makin PANAS airnya, makin ENAK rasanya.
Kita dapat menjadi Bubuk Kopi Kita membuat sesuatu yang baik dari tantangan yang kita hadapi. Kita belajar hal-hal baru, Kita mempunyai pengetahuan baru, ilmu baru dan skill baru Kita tumbuh bersama pengalaman

Kita membuat dunia di sekeliling kita menjadi LEBIH BAIK
Untuk berhasil, kita harus coba …. dan coba lagi
Kita harus percaya pada apa yang kita kerjakan.
Kita tidak boleh menyerah, Kita harus sabar, Kita harus tetap bersemangat.
Masalah dan kesulitan memberi kesempatan kepada kita untuk menjadi lebih kuat… dan lebih baik… dan lebih mampu. Jadi, akan menjadi apa kita setelah memahami analogi pps ini?
Menjadi seperti wortel…atau telur…atau biji kopi?
Jadilah seperti BIJI KOPI
“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”

“Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri”

Senin, 22 Agustus 2011

kebaikan itu abadi

Suatu petang pada Ramadhan kemarin aku tercekat oleh suatu kejadian.
Sehabis maghrib, aku keluar rumah
untuk menjemput anak dan suamiku di rumah ibuku.
Di tengah jalan, aku melihat sepasang kakek nenek sedang duduk beristirahat di pinggir jalan, dalam naungan pohon angsana. Si nenek memapah dan membantu si kakek untuk berdiri, kelihatannya mereka hendak meneruskan perjalanan.
Aku bimbang..hendak kemana mereka sebenarnya.
Lima ratus meter aku berjalan, kubalikkan motorku 180derajat. Mereka sudah tidak ada. Ku telusuri lagi jalan yang aku lewati tadi. Ah, itu mereka, sedang berjalan tertatih-tatih. Ternyata si kakek buta, dia berjalan dengan tongkat di tangan dan dituntun oleh si nenek.
Kutepikan motor, dengan sedikit berdebar, aku bertanya :
"Mbah, badhe tindak pundi?"
"Ajeng wangsul niki..", jawab nenek tua itu.
"Dalemipun pundi mbah?" aku bertanya kembali.
"Mriku kok, namung caket pasar Nggladak", sahutnya.
"Nitih becak mawon nggih, mbah, niku bapake kadosipun sampun sayah. Mangkih kula ingkang bayar. Nggih mbah, nggih".
Aku beranjak hendak memanggil abang becak yang mangkal di dekat belokan. Namun jawaban tak disangka meluncur dari mulut keriput mereka.
"Mboten sah, matur nuwun sanget. Kula tak mlampah kemawon wong sampun biasa, namung caket riku kok..Matur nuwun.."
Mereka berjalan perlahan, meninggalkan aku yang masih berdiri dengan tenggorokan tercekat.
Butir-butir hangat mengalir perlahan dari kedua mataku. Tubuhku serasa tak bertulang, lemas dan gemetar.
Ya Allah, kuatkan mereka, cukupkan kehidupan mereka..hanya doa dalam hati yang bisa kubisikkan. Hatiku bergetar oleh ketegaran mereka dalam menghadapi hidup. Apapun kesusahan yg mereka hadapi, aku menangkap ketenangan di mata nenek itu.
Ya Allah, betapa kami ini termasuk manusia-manusia dzalim yang seringkali tidak tau berterima kasih dan bersyukur kepada-Mu.
Dalam kehidupan yang kami miliki sekarang, keluh kesah senantiasa menemani. Rasa kurang selalu melingkupi.
Ya Allah, berikan berkah-Mu, kepada orang-orang yang selalu menjalani kehidupan mereka dengan tegar, dengan menjaga penuh kehormatan diri mereka.
Fabi'ayi 'alaa-i rabbikumaa tukazd zdibaan...
Aku melanjutkan perjalanku masih dengan sisa-sisa airmata yang perlahan mengering oleh tiupan angin malam..
"Barangsiapa memiliki kelebihan bekal, maka hendaknya ia datang
dengan bekal itu kepada orang yang tidak memilikinya. Dan barangsiapa memiliki
kelebihan kendaraan, maka hendaklah dia datang kepada orang yang tidak memiliki
kendaraan."

Orang yang senang melakukan kebajikan, tak akan pernah menyesal
meski sangat banyak kebajikan yang telah dikerjakannya.

Kebaikan itu lebih abadi, walaupun itu dilakukan sekali........

Senin, 01 Agustus 2011

Untuk suami.. n Untuk istri

Untuk suamiku,
Pernikahan atau Perkawinan,
Menyingkap tabir rahasia.

Istri yang kamu nikahi….
Tidaklah semulia Khadijah,
Tidaklah setaqwa Aisyah,
Pun tidak setabah Fatimah,
Apalagi secantik Zulaikah.

Justru istrimu hanyalah wanita akhir zaman
Yang punya cita-cita, Menjadi solikhah….

Pernikahan atau Perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama,
Istri menjadi tanah, Kamu jadi penaungnya.
Istri ladang tanaman, Kamu pemagarnya.
Istri kiasan ternakan, Kamu gembalanya,
Istri adalah murid, Kamu mursyidnya.
Istri bagaikan anak kecil, Kamu tempat bermanjanya.

Saat istri menjadi madu, Kamulah yang menikmatinya.
Seandainya istri tulang yang bengkok, Berhatilah meluruskannya.

Pernikahan atau perkawinan,
Menginsyafkan kita perlunya iman dan taqwa.
Untuk belajar meniti sabar, Dari ridho Allah SWT.

Cuma suami akhir zaman, Yang berusaha menjadi sholeh…Amin…

Untuk istriku,
Pernikahan atau perkawinan,
Menyingkap tabir rahasia.

Suami yang kamu nikahi,
Tidaklah semulia Muhammad SAW,
Tidaklah setaqwa Ibrahim AS,
Pun tidak setabah ayub AS,
Ataupun segagah Musa AS,
Apalagi setampan Yusuf AS.

Justru suami adalah pria akhir zaman,
Yang punya cita-cita,
Membangun keturunan yang sholeh….

Pernikahan atau perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama,
Suami menjadi pelindung, Kamu penghuninya.
Suami adalah nahkoda kapal, Kamu navigatornya.
Suami bagaikan balita yang nakal, Kamu adalah penuntun kenakalannya.
Saat suami menjadi raja, Kamu nikmati anggur singgasananya.
Seketika suami menjadi ‘bisa’, Kamulah obat penawarnya.
Seandainya suami masinis yang lancang, Sabarlah memperingatkannya.

Pernikahan atau perkawinan,
Mengajarkan kita perlunya iman dan taqwa.
Untuk belajar meniti sabar, Dari ridho Allah SWT.

Cuma wanita akhir zaman,
Yang berusaha menjadi sholikhah….
Amin….